Penghancur Info - Buat Para Pembaca dan Para Penghancur (Sebutan untuk Pembaca Setia Penghancur) Kini Tablet murah untuk pendidikan ala India bernama Aakash diperkenalkan. Tablet yang berbasis Android ini dibanderol pada harga supermurah, yaitu US$ 35 (sekitar Rp 285 ribu) broooo!!!.
Tablet ini bisa dijual pada harga rendah karena memang mendapat subsidi dari pemerintah India, yang ingin menggenjot mutu pendidikan negaranya.
"Hingga akhir tahun, kami targetkan bisa menjual tablet ini 10.000 unit per hari," kata Suneet Singh Tuli, chief executive officer DataWind.
Secara desain dan fitur, tablet ini dirancang oleh mahasiswa Indian Institute of Technology. Tablet yang diluncurkan pada awal bulan ini merupakan seri kedua dan telah mendapat penguatan fungsi. Seperti pendulunya, tablet ini juga berukuran 7 inci dan berbasis sistem operasi Android Ice Cream Sandwich.
Prosesornya menggunakan desain ARM Cortex-A8 dengan kecepatan 800 Megahertz dan baru memiliki satu inti. Untuk memudahkan memutar video berkualitas tinggi, tablet ini dilengkapi dengan prosesor pendamping.
Memori yang disediakan memang terbilang irit, yaitu 256 megabita. Kapasitas penyimpanan sekitar 2-4 gigabita. Jika ingin penyimpanan lebih besar, pengguna bisa membeli kartu memori tambahan hingga kapasitas 32 gigabita.
Prosesor Cortex-A8 merupakan prosesor yang mengisi tablet iPad pertama besutan Apple pada saat peluncurannya dua tahun lalu. Beberapat peranti yang menggunakan prosesor ini adalah iPhone 4, Nook Color buatan Barnes & Noble, IdeaPad A1, Archos 5, dan Palm Pre.
Untuk urusan layar, Datawind, perusahaan asal Kanada yang mengurusi manufaktur tablet ini, memasang dua jenis layar sentuh, yaitu resistive dan capsitive. Layar resistive terbilang lebih murah, kurang sensitif, dan jarang digunakan pada tablet modern.
Untuk layar sentuh capsitive, resolusinya 800 x 480 piksel. Hasil gambar yang ditampilkan terbilang lumayan dan sentuhan pada layar terproses dengan gegas.
Untuk jaringan, Aakash menggunakan teknologi Wi-Fi a/b/g, sambungan GPRS modem yang membayar relatif murah per bulan, yaitu sekitar Rp 19 ribu. Tablet ini bisa dipasangi kartu SIM untuk komunikasi layaknya telepon. Kapasitas baterainya relatif minim, hanya bertahan 3 jam.
Untuk merespons permintaan segmen pasar yang berbeda, tablet ini ditawarkan juga pada harga lebih murah untuk siswa sekolah, yaitu US$ 21 (sekitar Rp 200 ribu). Kemudian untuk kalangan komersial US$ 65 (sekitar Rp 620 ribu) dan US$80 (sekitar Rp 760 ribu). Perbedaannya terletak pada fitur yang terpasang, misalnya kapasitas penyimpanan.
Di Indonesia, ada tablet sejumlah tablet murah seperti Tabulet Tabz Z1s dengan kapasitas 4 gigabita, sistem operasi Ice Cream Sandwich, dengan harga Rp 888 ribu.
Secara desain dan fitur, tablet ini dirancang oleh mahasiswa Indian Institute of Technology. Tablet yang diluncurkan pada awal bulan ini merupakan seri kedua dan telah mendapat penguatan fungsi. Seperti pendulunya, tablet ini juga berukuran 7 inci dan berbasis sistem operasi Android Ice Cream Sandwich.
Prosesornya menggunakan desain ARM Cortex-A8 dengan kecepatan 800 Megahertz dan baru memiliki satu inti. Untuk memudahkan memutar video berkualitas tinggi, tablet ini dilengkapi dengan prosesor pendamping.
Memori yang disediakan memang terbilang irit, yaitu 256 megabita. Kapasitas penyimpanan sekitar 2-4 gigabita. Jika ingin penyimpanan lebih besar, pengguna bisa membeli kartu memori tambahan hingga kapasitas 32 gigabita.
Prosesor Cortex-A8 merupakan prosesor yang mengisi tablet iPad pertama besutan Apple pada saat peluncurannya dua tahun lalu. Beberapat peranti yang menggunakan prosesor ini adalah iPhone 4, Nook Color buatan Barnes & Noble, IdeaPad A1, Archos 5, dan Palm Pre.
Untuk urusan layar, Datawind, perusahaan asal Kanada yang mengurusi manufaktur tablet ini, memasang dua jenis layar sentuh, yaitu resistive dan capsitive. Layar resistive terbilang lebih murah, kurang sensitif, dan jarang digunakan pada tablet modern.
Untuk layar sentuh capsitive, resolusinya 800 x 480 piksel. Hasil gambar yang ditampilkan terbilang lumayan dan sentuhan pada layar terproses dengan gegas.
Untuk jaringan, Aakash menggunakan teknologi Wi-Fi a/b/g, sambungan GPRS modem yang membayar relatif murah per bulan, yaitu sekitar Rp 19 ribu. Tablet ini bisa dipasangi kartu SIM untuk komunikasi layaknya telepon. Kapasitas baterainya relatif minim, hanya bertahan 3 jam.
Untuk merespons permintaan segmen pasar yang berbeda, tablet ini ditawarkan juga pada harga lebih murah untuk siswa sekolah, yaitu US$ 21 (sekitar Rp 200 ribu). Kemudian untuk kalangan komersial US$ 65 (sekitar Rp 620 ribu) dan US$80 (sekitar Rp 760 ribu). Perbedaannya terletak pada fitur yang terpasang, misalnya kapasitas penyimpanan.
Di Indonesia, ada tablet sejumlah tablet murah seperti Tabulet Tabz Z1s dengan kapasitas 4 gigabita, sistem operasi Ice Cream Sandwich, dengan harga Rp 888 ribu.
Sumber : beritagadgetku.com
0 comments:
Post a Comment